– Manfaat cloud computing – efisiensi, kecepatan, kemudahan – kembali digarisbawahi oleh sejumlah vendor yang tergabung dalam konferensi dan pameran Metrodata Solution Day (MSD) 2013) yang berlangsung kemarin dan hari ini di Jakarta. Begitu juga peran mobility, social media dan big data.
“Cloud, mobilty dan Internet of Everything akan menjadi tren bagi para pelaku bisnis di Indonesia masa kini dan mendatang,” kata Susanto Djaja (Presiden Direktur, PT Metrodata Electronics Tbk) membuka jumpa pers di Jakarta kemarin (18/9/2013).
“Semua sudah terkoneksi ke Internet saat ini. Internetisasi melalui perangkat mobile. Trading online, bayar online, cek online, semua bisa melalui Internet. Off dan on premises,” kata Susanto. “Dengan mengadopsi cloud, mobilitas, akan menjadi semakin efisien, bisa lebih cepat menjangkau pelanggan, lebih inovatif. Tanpa Internet of Everything akan kalah bersaing,” jelasnya. “Cloud itu sangat menggoda bagi perusahaan,” tambahnya. “Ke depannya akan semakin banyak perusahaan yang beralih ke hybrid cloud,” tandasnya.
Cloud, timpal Gunawan Susanto (Country Manager, System Technology Group, IBM Indonesia), tidak bisa ditolak. “Customer atau klien pasti akan adopsi (cloud). Tantangannya adalah dari klien sudah ada investasi (berupa) traditional infrastructure,” ujar Gunawan. “Teknologi yang ada sekarang tidak harus dibuang. Namun sekuriti penting, karena impaknya bukan hanya data yang hilang tapi juga reputasi perusahaan,” imbuhnya. Karena itu, tuturnya, teknologi infrastruktur harus mendukung cloud-ready, entah itu public cloud, private cloud atau hybrid cloud. “Nantinya, investasi tidak hanya dari satu vendor, tapi terbuka. Bukan hanya dari IBM, tapi juga pemain-pemain lain,” kata Gunawan.
CIO (chief information officer) yang cerdas, tekan Suhas Kelkar (Chief Technology Officer APAC, BMC Software), harus berhenti menanamkan modal di teknologi dan lebih berfokus pada pencapaian bisnis. “Ini yang akan membuat CIO sukses di masa depan,” katanya sambil merujuk prediksi IDC tentang penurunan nilai investasi TI di tanah air. “IT sudah menjadi komoditas, jadi pertanyaannya seberapa cepat (informasi) bisa sampai di tangan pengguna,” katanya.
“Tiga sampai lima tahun ke depan, para eksekutif akan mengakses laporan dari perangkat mobile masing-masing. Jika tidak adopsi itu, maka perusahaan akan ketinggalan,” timpal Susanto. “Enterprise harus mulai dari sekarang. Kalau menunggu infrastrukturnya siap terlebih dulu, akan ketinggalan,” komentar Johann Poppenbeck (Global Vice President, Product Management, DSI).
Steven Law (Country Manager, NetApp Indonesia) menegaskan bahwa cloud sebenarnya bukanlah ancaman, termasuk bagi para system integrator lokal. “Ini model bisnis baru, cloud aggregator, karena tidak ada yang bisa memenuhi semua kebutuhan. Cloud akan menghasilkan gelombang pasar baru via cloud aggregator,” komentarnya.
Masalahnya, kata Peter Lydian Sutiono (Director, Small and MidMarket Solutions & Partners Group, PT Microsoft Indonesia), cloud mengubah struktur bisnis lama yang berbasis fisik ke digital sehingga membuka pasar di luar dan masuk ke Indonesia. Saat ini Microsoft Indonesia punya 4000 mitra terdaftar daan 73 di antaranya dengan kompetensi tertentu. “Bagaimana para mitra (Microsoft Indonesia) juga bisa memanfaatkan pasar (luar) dan bertahan (terhadap pemain luar yang masuk). Kami perbanyak mitra cloud dan devices yang baru. Buka peluang di kompetensi dan pasar,” ucapnya.
Android Games>
No comments:
Post a Comment